Baru-baru ini, Nokia meluncurkan tiga buah ponsel barunya di India, yakni Nokia C3, Nokia C6, dan Nokia E5. Namun, ponsel yang telah menyita perhatian banyak orang adalah Nokia C3, yang merupakan ponsel full Qwerty Nokia pertama yang berjalan di platform Symbian S40.
Di India, ponsel ini dibanderol cuma sekitar Rp 1 juta. Padahal desain maupun fitur ponsel ini bisa dibilang cukup berbobot. Tampilannya mirip dengan Nokia E73 dengan sudut-sudut yang sedikit lebih bundar.
Walau murah, ponsel 2G ini juga dilengkapi dengan berbagai fitur andalan, yaitu kamera 2 megapiksel, browser webkit dan Opera Mini, Bluetooth 2.1, serta koneksi WiFi 802.11 b/g yang tidak disediakan oleh ponsel sekelas besutan Samsung: Corby TXT.
Memori internalnya juga sedikit lebih besar dari Corby yakni 55MB, dengan slot microSD hingga 8 GB. Nokia C3 juga didesain untuk mengutamakan penggunaan messaging dan jejaring sosial.
Ia menyediakan akses satu tombol untuk email maupun chat melalui Nokia Messaging. Untuk fitur SMS, Nokia menampilkannya seperti model chat, sehingga konteks dari pesan-pesan sebelumnya tetap terlihat.
Kemudahan lainnya, pengguna bisa memposting status atau mengupload foto ke jejaring sosial dengan mudah. Sekaligus bisa selalu memantau alert dan update dari rekan-rekan jejaring sosialnya cukup lewat layar utama (home screen).
Tak hanya mampu merekam foto dan video, ponsel berlayar 2,4 inci (262 ribu warna) itu, juga bisa memutar radio FM. Dengan baterai Ponsel 1320 mAh, C3 diklaim bisa tahan standby hingga 20 hari, dan tahan bicara hingga 7 jam. Tentu saja, kehadiran ponsel ini bakal mengancam ponsel lokal (China).
Selama ini, vendor ponsel lokal memang telah berhasil menggerus pangsa pasar Nokia dan ponsel-ponsel bermerk lainnya, bermodalkan format bentuk Qwerty dan harga yang murah. Diperkirakan ponsel-ponsel lokal kini telah berhasil merebut sekitar 20-30 persen pangsa pasar ponsel lokal.
Dengan banderol harga mulai dari 500 ribuan - 1,5 jutaan, ponsel-ponsel lokal mengandalkan kemampuan menjalankan dua nomor seluler sekaligus, serta tampilan yang mirip-mirip dengan model ponsel BlackBerry atau Nokia seri E yang berharga lebih premium.
Bila Nokia nantinya membanderol C3 sekitar Rp 1 juta-an, hampir dipastikan bakal menyedot sebagian besar konsumen ponsel lokal. Apalagi, saat ini Nokia juga telah menurunkan Qwerty laris lainnya, Nokia E63, dari harga Rp 2 jutaan menjadi Rp 1,65 juta saja.
Belum lagi, di kuartal ketiga nanti Nokia juga bakal melempar Nokia E5 -Qwerty HSDPA berkamera 5 MP - ke pasar, di kisaran Rp 2 juta (dua kali harga C3).
Apa yang terjadi di Indonesia, juga terjadi di India. Menurut Livemint.com. saat ini vendor ponsel lokal (China-red) di India menguasai sekitar 17,5 persen dari pangsa pasar.
"Memang ada elemen reaksi pada peluncuran ponsel baru ini, namun ini sebenarnya lebih merupakan langkah strategis kami untuk memperkaya fitur-fitur ponsel kami untuk menyediakan lebih dari sekadar voice semata," kata Anssi Vanjoki, Executive Vice President Nokia, dikutip dari Livemint.
Sementara Managing Director Nokia India D. Shivakumar mengatakan bahwa Nokia memang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi persaingan di pasar. “Konsumen tidak melihat harga. Mereka akan lebih mencari merk, kehandalan, inovasi, kepuasan pelayanan serta faktor bentuk ponsel,” kata Shivakumar.
Tentu saja, langkah Nokia juga tak hanya berpengaruh pada vendor ponsel Qwerty lokal. Melainkan juga, bisa memicu pemain besar lain seperti Samsung, LG, dan lainnya, untuk lebih meramaikan pertarungan di segmen Qwerty murah ini.
Harga Hanphone Nokia C3 Full Qwerty
nice sharing ^_^
BalasHapus